EPISODE 5 KISAH PUTERI RASUL

Post oleh : Satria Risky | Rilis : 21.51 | Series :
EPISODE  5  KISAH PUTERI RASUL






Dengan hati berat dan kesehatan kurang fit, apalagi sdg hamil 4 bulan anak ke 3, Zainab hrs brangkat ke Madinah memenuhi perintah Bapaknya dan agamanya.

Bagitu juga Abul-Ash tetap teguh tdk mau melepas keyakinannya dan tetap menolak islam sehingga ia hrs pisah dgn istrinya dan tetap tinggal di Makkah.

Perjalanan ke Madinah dgn membawa 2 anak kecil dan kondisi kejiwaan yg labil krn dipisah paksa dgn suami
Tdk boleh ikut mengantar sampai Madinah, merupakan perjuangan berat yg harus dituntaskan demi taat kpd bpknya yaitu Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam ... namun ternyata perjuangan itu diperberat lagi dgn adanya pengacau di jalan sehingga semua personil rombongan hrs ikut menghadapi gangguan itu sehingga Zainab ketika berhadapan dgn seorang pengacau itu tersabet perutnya walaupun akhirnya  ia bisa memukul mundur pengacau itu.
Akibat pukulan itulah gugur kandungannya dan dimakamkan di padang pasir.

Setiba di Madinah Zainab  hidup normal berkumpul dgn keluarga bapaknya seraya fokus membesarkan 2 anaknya yaitu cucu Rasul dan dlm angan2nya masih mendambakan kumpul lagi dgn suaminya tercinta.

Sejak saat itu, selama 6 thn silih berganti para lelaki melamarnya,  namun Zainab takpernah mau menerima, ia tetap setia menunggu kekasihnya yg masih tertinggal di Makkah.

Pd suatu malam di bln jumadil ula thn 6 hijrah,  Zainab keluar rumah untk persiapan jamaah shalat subuh.  Tiba2 ada bayangan berkelebat mendekati rumah dan panggil2 nama Zainab. Ternyata itu suara yg bagi Zainab tak asing lagi yaitu suara sang kekasih Abul-Ash.
"Engkau datang sebagai muslim ?" Tanya Zainab.
Abul-Ash; " Tidak, yaa Zainab. Sy pulang dari Syam dgn kafilah yg penuh harta sy dan orang2 yg titip , sampai dipinggir kota ini kafilah  ditawan oleh tentara islam dan untung sy bisa lolos sampai disini mencari kamu untk minta perlindungan."

Dua orang kekasih ini ber-hadap2an hanya terpisah udara satu langkah di waktu malam sepi tapi krn keteguhannya tdk sampai berpelukan, malah stlh Abul-Ash menjelaskan sebab kedatangannya , maka Zainab mundur lagi sambil mengucapkan Marhaban wahai putra bibiku dan ayah anak2ku  Ali dan Umamah.

Setelah hening sejenak tiba2 terdengar suara Rasulullah membaca takbiratul Ihram shalat subuh.
Maka Zainab menuju pintu masjid dan berteriak sekuatnya " wahai orang2 disini, sy menjamin Abil-Ash bin Al-Rabi' ".
Setelah salam, Rasulullah  menghadap jamaah "kau semua dengar seperti apa yg sy dengar ...?"
Jamaah; "Betul yaa Rasul kami mendengar".

Kemudian Rasul masuk rumah didapati ada Zainab dan Abul-Ash.
Zainab;" yaa Rasulallah, ini Abul Ash kalo jauh ia adalh putera bibiku, kalo dekat ia adalh bapaknya anak2ku... aku menjaminnya ".
Rasul;" iya putriku ... hormatilah ia, jangan terlalu dekat dgnnya krn kau blm halal baginya".

Kemudian Rasul keluar meninggalkan mereka berdua.
Zainab;" Tidak baik bagimu perpisahan kita ini "
Abul-Ash;" Demi cintaku pdmu yaa Zainab dan demi Allah, hidupku sengsara tanpa kamu"
Zainab;" untuk apa siksaan ini yg tanpa kepastian ..."
Abul-Ash;" Sampai Allah memastikan untk kita berdua ..."
Zainab;" Semoga Allah merahmati kita berdua, wahai putera bibiku ..."
Selama dialog ini Abul-Ash menundukkan mukanya khawatir Zainab melihat ada beberapa tetes air dibawah matanya.
Kemudian Abul-Ash mengangkat wajahnya menatap wajah Zainab dgn pelan ia mengatakan " Kemaren mereka menyuruh sy berislam dan boleh ambil semua harta kafilah yaitu harta sy dan harta quraisy makkah , maka sy tolak dan katakan (sungguh jelek awal masuk islam sy dgn menghianati amanat yg jadi tanggung jawab sy) ".
Agak tenang Zainab dengar pernyataan ini kemudian mempersilahkan Abul-Ash menjenguk dua anaknya yg sdg tidur dgn nyenyak.

Pagi harinya Abul-Ash dijemput  menghadap Rasul yg sudah berkumpul dgn para sahabatnya dan tentara islam yh menawan kafilah Abil-Ash.

<<<Sebelumnya                 Selanjutnya>>>
"Keputusan saat marah seringkali di luar nalar. Janji saat gembira mudah terucap di luar logika.

“Jangan pernah membuat keputusan saat marah dan jangan pernah berjanji saat kau bahagia.” 
(Ali bin Abi Thalib)
Tetap Semangat💪"